oleh Muhammad Fajar Suminto
Ideologi-Ideologi Pendidikan
Ideologi pendidikan Anarkis
Anarkisme adalah sudut pandang yang membela pemusnahan seluruh kekangan kelembagaan terhadap kebebasan manusia, sebagai jalan untuk mengujudkan sepenuh-penuhnya potensi-potensi manusia yang telah dibebaskan. Seorang anarkis akan menyetujui, pada prinsipnya, individualism psikologi yang diajukan oleh kaum liberal. Tetapi ia akan lebih condong lagi kea rah determinisme sosial kaum liberasionis, jika persoalannya menyangkut Tindakan praktis yang mendesak. (O'neil, 2008, p. 482)
Bagi kaum anarkis, Pendidikan-yang dipandang sebagai sebuah proses yang harus ada untuk belajar melalui pengalaman sosial alamiah yang hanyalah sebuah corak Pendidikan, dan yang hanya merupakan kaki-tangan negara otoriter. Dengan memerosotkan tanggung jawab personal, negara dan persekolahan membuat anak-anak jadi tak bisa dididik dalam arti Pendidikan yang sejati; mereka membantu membawakan Pendidikan sejati dan meninggikan apa yang hanya sekedar pelatihan. (O'neil, 2008, p. 484)
Tujuan pendidikan secara menyeluruh untuk anarkisme pendidikan adalah membawa perombakan-perombakan yang segera dan berlingkup besar, yang bersifat humanistis, di dalam masyarakat, dengan menghapuskan persekolahan wajib. Adapun yujuan sekolah untuk menghapuskan sistem pendidikan formal yang ada sekarang secara keseluruhan dan menggantikannya dengan pola belajar yang ditentukan sendiri oleh perorangan secara sukarela menyediakan akses yang bebas dan universal ke bahan-bahan pendidikan serta kesempatan pendidikan, tapi tidak menonjolkan wajib belajar ataupun pelajaran wajib. (O'neil, 2008, p. 449)
Ideologi Pendidikan Conservatif
Berbeda dengan kaum kaum Anarkis, kaum konservatif, memiliki tujuan dan sasaran pendidikan sendiri yang lebih sebagai pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi. Berciri “orientasi ke masa kini”, para pendidik konservatif sangat menghormati masa silam, namun ia terutama memusatkan perhatiannya pada kegunaan dan penerapan pola belajar-mengajar di dalam konteks sosial yang ada sekarang. Kaum konservatif ingin mempromosikan perkembanganmasyarkat komtemporer yang seutuhnya dengan cara mematikan terjadinya perubahan yang perlahan-lahan dan bersifat organis yang sesuai dengan keperluan-keperluan legal serta kelembagaan yang sudah mapan. Kaum konservatif cenderung memusatkan perhatian kepada disiplin ilmu yang lebih praktis dan lebih baru: sejarah, fisika, yang dianggap sebagai bidang-bidang yang secara langsung relevan dengan berbagai problema masyarakat komtemporer yang paling mendesak dan harus segera diselesaikan. (O'neil, 2008, p. 335) Conservatif memiliki tujuan pendidikan secara menyeluruh untuk melestarikan dan meneruskan pola-pola perilaku sosial yang mapan. Sedangkan tujuan pendidikan untuk mendorong pemahaman terhadap dan penghargaan bagi lembaga-lembaga tradisi-tradisi dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu (sudah tua umumnya) termasuk hormat yang mendalam terhadap hukum serta tatanan.
Ideologi Pendidikan liberalisme
Ideologi pendidikan liberal memiliki tujuan jangka panjang pendidikan untuk melestarikan dan meningkatkan mutu tatanan sosial yang ada sekarang dengan cara mengajar setiap anak bagaimana cara mengatasi masalah-masalah kehidupannya sendiri secara efektif. Dalam arti yang lebih rinci, seorang pendidik liberalis menganggap bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan yang khususnya musti berupaya untuk : (1) menyediakan informasi dan ketrampilan yang diperlukan siswa belajar sendiri secara efektif. (2) mengajar para siswa bagaimana cara memecahkan persoalan-persoalan praktis melalui penerapan proses-proses penyelesaian masalah secara individu maupun berkelompok, dengan berdasar kepada tatacara-tatacara ilmiah-rasional bagi pengujian dari pembuktian gagasan. (O'neil, 2008, p. 412)
Ideologi pendidikan Humanist
Pendidikan humanistik sebagai sebuah teori pendidikan dimaksudkan sebagai pendidikan yang menjadikan humanisme sebagai pendekatan (Mulkan, 2002, p. 95). Jadi pendekatan humanisme berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang dimiliki dan mengembangkannya. Konsep utama dari pemikiran pendidikan humanistik menurutmangunwijaya adalah “menghormati harkat dan martabat manusia. Hal mendasar dalam pendidikan humanistik adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang menjadikan peserta didik terbebas dari kompetensi yang hebat, kedisplinan yang tinggi dan takut gagal” (Wijaya, 2001, p. 160)
Tujuan Pendidikan Humanistik menurut pandangan humanistik diikhtisarkan oleh Mary Jahson Sebagai berikut:
a. Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan perkembangan konsep diri dan sistem nilai.
b. Kaum Humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang memperhatikan faktor perasaan, emosi, motivasi dan minat siswa akan mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi.
c. Perhatian kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih dan menentukan apa, kapan dan bagaimana belajar.
d. Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siapa dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif dan mampu memilih tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
e. Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar kebutuhan kemarin. Adapun tujuan pembelajaran menurut aliran humanistik lebih menitikberatkan proses belajar daripada hasil belajar. (Pramono, 2016, p. 23)
Ideologi pendidikan Progressive
Ideologi ini berkembang pesat pada permulaan abad ke-XX dan sangat berpengaruh pada pembaharuan pendidikan. Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan; berhaluan ke arah perbaikan sekarang; dan bertingkat-tingkat naik. Dengan demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai suatu gerakan perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah progresivisme dikaitkan dengan kata progres, yaitu
kemajuan. Artinya proggresivisme merupakan salah satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan, yang mana kemajuan ini akan membawa sebuah perubahan (Fadlillah, 2017).
Dalam pandangan progresivisme pendidikan merupakan suatu sarana atau alat yang dipersiapkan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik supaya tetap survive terhadap semua tantangan kehidupannya yang secra praktis akan senantiasa mengalami kemajuan (Muhmidayeli, 2011, p. 156). Gutek (1974:140) menyebutkan bahwa pendidikan progresif menekankan pada beberapa hal;
1) pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang mendorong anak untuk berkembang dan tumbuh secara alami melalui kegiatan yang dapat menanamkan inisiatif, kreatifitas, dan ekspresi diri anak;
2) segala jenis pengajaran hendaknya mengacu pada minat anak, yang dirangsang melalui kontak dengan dunia nyata; 3) pengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang diarahkan sebagai pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar melatih ataupun memberikan banyak tugas;
4) prestasi peserta didik diukur dari segi mental, fisik, moral dan juga perkembangan sosialnya;
5) dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase perkembangan dan pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama antara guru, sekolah, rumah, dan keluarga anak tersebut;
6) sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium ynag berisi gagasan pendidikan inovatif dan latihan latihan.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran progresivisme lebih menekankan pada memberikan pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli, 2011, p. 156). Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh karenanya, seorang pendidik harus dapat melatih anak didiknya untuk mampu memecahkan problem-problem yang ada dalam kehidupan (Muhmidayeli, 2011, p. 21).
Ideologi pendidikan Socialist
Pendidikan Sosialis Marxisme merupakan bentuk model pendidikan perlawanan yang ditujukan bagi kaum kapitalis yang menguasai perekonomian , pendidikan kapitalis mengarahkan pendidikan pada paradigma dimana pendidikan hanya digunakan untuk pemenuhan alat produksi, dan pendidikan juga digunakan sebagai wahana mobilitas sosial para bangsawan sehingga menciptakan diskriminasi kelas yang sangat dominan. Meskipun pendidikan marxisme tidak dalam bentuk formal tetapi sosialis marx telah mencakup ke dalam ranah pendidikan, hal itu didasari karena kesadaran sosial yang terjadi dalam kegiatan pendidikan yang terjadi saat itu, elemen pendidikan sosialis marx mengarahkan pendidikan sebagai wujud kebebasan individu yang menghapuskan dominasi guru dan pemilik modal yang saat itu memegang kendali pendidikan. Model pendidikan Marx telah mewariskan model pendidikan kritis yang membawa misi pembebasan. Model tersebut bisa dilihat pada model pendidikan Paulo Freire di Brazil. Feire mengarahkan pendidikan pada usaha pembebasan, yang membawa misi kesejahteraan dan
keadalian dalam pendidikan (Dahri, 2015, p. 103).
Demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam proses berlangsungnya pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola pendidikan. Demokrasi pendidikan merupakan proses memberikan jaminan dan kepastian adanya persamaan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di dalam masyarakat tertentu. Demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal, yaitu:
1) Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia.
2) Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat.
3) Rela untuk berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama. dengan adanya norma-norma serta tata nilai yang terdapat di masyarakat itulah yang membatasi dan mengendalikan kebebasan setiap orang. Karenanya, warga negara yang demokratis akan dapat menerima pembatasan kebebasan itu dengan rela hati dan juga orang lain tentunya dapat merasakan kebebasan yang didapat setiap warga negara (Prasetya, 1997, p. 161).
Melihat definisi berbagai ideologi pendidikan saya lebih condong ke ideologi pendidikan humanisme karena model pendidikan ini menjamin proses pembelajaran yang produktif, tidak kaku dan lebih memberikan posisi yang seimbang antara guru dan murid. Posisi yang seimbang dalam proses pendidikan. Model ini berbeda dengan model model pendidikan yang lainnya. Model yang hampir sama dengan humanisme adalah model pendidikan demokrasi yang memanusiakan manusia dalam proses pembelajarannya.
Aktivitas 2 : Sifat Pendidikan
Kewajiban
Hak dan kewajiban merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut KKBI hak merupakan kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya) sedangkan kewajiban (sesuatu) yang diwajibkan; sesuatu yang harus dilaksanakan (KKBI, 2020). Sebagai warga negara kita berhak dan wajib mendapatkan pendidikan, hal itu diatur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Untuk mendukung itu maka pemerintah mewajibkan belajar 12 tahun melalui payung hukum UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terkait wajib belajar sembilan tahun, yang dipertegas dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib belajar.
Melestarikan
Pendidikan juga berfungsi untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada, dengan cara mengajarkan kepada siswa bagaimana caranya menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupannya secara efektif. Karena manusia adalah makhluk sosial yang bersandar pada orang lain untuk bertahan hidup pada masa bayi dan kanak-kanak, dan bergantung pada kondisi-kondisi budaya yang menjamin perilaku yang berhasil baik dalam persaingan antar spesies, maupun dalam persaingan antar masyarakat dalam spesies (manusia) itu sendiri, atau pun persaingan antar individu dalam sebuah masyarakat; maka kegiatan belajar secara personal selalu berlangsung dalam konteks pengalaman sosial, dan hakikat serta isi pengalaman sosial itu, secara logis maupun psikologis.
Aktivitas 3 : Pengetahuan dalam Mata Pelajaran
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalu panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat di peroleh dari pendidikan formal dan non formal, Jadi pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan seseorang maka orang tersebut semangkin luas pengetahuannya.
A. Aktivitas 6 : Nilai dalam Mata Pelajaran
Dalam proses pembelajaran merupakan momentum yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran, karena pada pembelajaran di kelas merupakan salah satu aktivitas yang banyak dihabiskan siswa ketika berada di sekolah.Penanaman nilai bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penanaman nilai-nilai berkarakter bisa disampaikan saat guru memberikan materi pelajaran, misalnya nilai kejujuran, nilai kedisiplinan dan nilai positif lainnya. Penanaman nilai secara tidak langsung bisa diberikan guru dengan contoh berperilaku yang baik atau melalui tutur kata yang baik saat berada di lingkungan sekolah ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
blognya sangat bermanfaat sekali pak..
BalasHapusTerima kasih Mbak Ruli...Blog Mbak Ruli juga bermanfaat
Hapus